1.
Pengertian metode pembelajaran
Metode
adalah cara mendapatkan sesuatu. Sedangkan yang dimaksud dengan metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2.
Metode-metode pembelajaran sejarah kebudayaan islam
Berbagai
ragam metode bisa digunakan untuk pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan
model CTLdengan syarat memenuhi prinsip-prinsip REACT (Relating (menghubungkan), Experiencing (mengalami),
Applying (menerapkan), Colaborating (bekerja-sama), dan Transfering
(menyampaikan).
Tidak
ada metode pembelajaran yang terbaik untuk satu mata pelajaran tertentu. Metode
yang baik ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kesesuaian metode
itu dengan karakteristik peserta didik dan struktur dan jenis materi. Ukurannya
baik tidaknya metode adalah terletak pada seberapa efektif metode itu dipakai
untuk menghantarkan peserta didik menguasai kompetensi yang ditentukan.
a.
Metode untuk penguasaan ranah kognitif
Di bawah
ini adalah beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengajarkan struktur dan
jenis materi-materi kognitif:
1)
Examples non examples (contoh berupa gambar)
Banyak
dari fakta baik dalam bentuk barang, benda, dokumen, dan gambar yang tidak lagi
dapat ditemui. Oleh karena itu, untuk membuat peristiwa-peristiwa bersejarah
tetap terpelihara tidak hanya dalam bentuk laporan verbal, perlu juga kiranya
dihadirkan gambar yang bisa menghantarkan pikiran seseorang untuk memasuki masa
lampau tersebut. Meskipun gambar itu tidak begitu representatif, paling tidak
ada bentuk, jenis, atau kualitas-kualitas tertentu yang mempunyai unsur
kesamaan.
Gambar
berfungsi sebagai alat bantu untuk menghadirkan fakta atau konsep sejarah yang
abstrak menjadi konkret. Contoh konkrit berupa gambar akan menjadi gantungan
atau jangkar ingatan peserta didik untuk menghafal beberapa kata, data, dan
faka untuk membangun kompetensi yang diharapkan. Penguasaan peserta didik atas
kompetensi kognitif berupa penguasaan
atas informasi sangat membantunya untuk mengembangkan sikap yang baik dan
keteramplan motorik yang tinggi.
2)
Timeline (Garis waktu)
Metode
ini tergolong tepat untuk pembelajaran sejarah karena di dalamnya termuat
kronologi terjadinya peristiwa. Dengan metode ini, peserta didik bisa melihat
urutan kejadian dan akhirnya juga bisa menyimpulkan hukum-hukum seperti sebab-akibat
dan bahkan bisa meramalkan apa yang akan terjadi dengan bantuan penguasaan timeline
beserta rentetan peristiwanya.
3)
Concept Map (Peta Konsep)
Peta
konsep adalah cara yang praktis untuk
mendeskripsikan gagasan yang ada dalam benak. Nilai praktisnya terletak pada
kelenturan dan kemudahan pembuatannya. Guru bisa memanfaatkan peta konsep untuk
dijadikan sebagai metode penyampaian materi sejarah. Penyampaian materi dengan
peta konsep akan memudahkan siswa untuk mengikuti dan memahami alur sejarah dan
memahami secara keseluruhan.
Dengan
peta konsep, peserta didik tidak akan mengingat dan menghafal materi sejarah
secara verbatim, kata per kata. Mereka punya kesempatan untuk membangun
kata-kata mereka sendiri untuk menjelaskan hubungan satu konsep dengan lainnya.
4)Storyboard
telling (papan cerita)
Papan cerita adalah salah satu metode
yang tepat untuk menyampaikan materi sejarah secara kronologis (berurutan)
karena kronologis adalah termasuk karakteristik sejarah. Metode ini adalah
penggabungan antara peta konsep, timeline dan narasi (bercerita) yang fungsinya
adalah untuk membantu pemaparan pengetahuan sejarah.
5)Word
Square (Kotak kata)
Word square merupakan permainan yang
akhir-akhir ini banyak digemari orang seperti halnya Sudoku. Bahkan banyak
siswa yang asyik main sudoku atau word square saat guru penuh semangat
menyampaikan materi. Oleh karena itu, alangkah baiknya kalau memanfaatkan game
atau permainan yang bisa mengajak otak untuk terus bekerja ini sebagai metode
pembelajaran.
6)Data
terfokus
Metode ini menggunakan daftar yang
memfokuskan perhatian peserta didik pada butir-butir penting yang dipelajari
dan membantu guru menilai tingkat ketrampilan dan penguasaan mereka
menggambarkan butir-butir itu.
7)
Scramble (Kata acak)
Scramble merupakan permainan yang digemari oleh semua orang tidak
hanya menyususn kata atau frase. Metode ini bisa mendorong peserta didik untuk
berpikir secara aktif dengan materi (kata teracak) yang ada. Peserta didik
dianjurkan untuk tidak menjawab pertanyaan secara langsung tapi dengan menyebut
angka dari jawaban yang kata-katanya teracak.
8)Make
a Match (Mencari Pasangan)
Metode ini bisa dipakai untuk meninjau
ulang proses pembelajaran yang berlangsung. Guru bisa melakukannya bareng
bersama peserta didik. Artinya, mereka disertakan sebagai subyek untuk
me-review atau meninjau ulang kegiatan.
9)
Learning Starts With a Question
Metode ini cocok untuk memulai
pembelajaran topik baru di mana jenis dan struktur materi pelajaran tertentu
yang kadang sudah dibahas pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Supaya tidak
terjadi pengulangan pembahasan topik, perlu ditanyakan sesuai tingkat pemahaman
dan kebutuhan peserta didik.
b.
Metode Pembelajaran Untuk Ranah Psikomotorik dan Afektif
1)
Information Search (Pencarian informasi)
Metode ini bisa dipakai dalam strategi pembelajaran inquiry,
Problem based learning, dan collaborative learning. Pembelajaran diawali dengan
pertanyaan yang menggugah siswa untuk aktif mencari sendiri jawaban dengan cara
bekerja sama dengan siswa lainnya. Pertanyaan- pertanyaan yang diajukan oleh
guru lebih baik menyangkit informasi- informasi yang berhubungan dengan masalah
sikap sehingga bisa menimbulkan diskusi kelompok yang kondusif.
2)
Group Investigation ( kelompok investigasi)
Metode
ini hampir sama dengan information Search. Bedanya pada jenis penugasannya.
Mualai dari awal mengerjaan tugas dalam Group investigation dilakukan dalam
kelompok. Kerja sama yang solid atau kuat sangat dibutuhkan dalam metode ini.
3)
Role Playing ( Bermain Peran)
Bermain
peran bisa berbentuk memerankan dialog tokoh- tokoh dalam sejarah atau
memerankan diri atau kelompok sebagai ahli sejarah. Bentuk yang pertama bisa mengajak
peserta didik untuk menjiwai karakter atau tokoh sejarah. Dengan cara ini,
siswa merasakan dirinya sebagai actor sejarah dan akan sangat berkesan bagi
mereka. Dialog- dialog yang dipakai diusahakan untuk sederhana dengan tanpa
meninggalkan gagasan- gagasan utamanya.
4)
Problem based- Introduction (Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Pembelajaran
akan efektif kalau dimulai dengan masalah mendesak yang harus segera
dipecahkan, apalagi kalau masalah itu terkait erat dengan pribadi peserta
didik. Oleh karena itu, sebaiknya materi pelajaran diawali dengan penyajian
masalah dan member kesempatan kepada peserta didik ikut merasakan masalah dan
berusaha untuk menyelesaikannya.
5)
Active Knowledge Sharing
(Aktif berbagai Pengetahuan)
Ini
adalah satu yang dapat membawa peserta didik untuk siap belajar dengan efektif
dan melibatkan unsure afektif. Metode ini dapat digunakan untuk melihat tingkat
kemampuan siswa disamping untuk membentuk kerja sama kelompok.
6)
Students Facililitator and Experlaning (Jadi Fasilitator dan
menjeaskan)
Metode
ini menerapkan pola belajar dengan teori belajar sosial, yaitu anak belajar
melalui modeling, meniru atau mengikuti orang yang dianggap pantas untuk
dijadikan panutan. Guru adalah panutan yang baik bagi siswa diruang kelas.
Disamping itu, guru juga member kesempatan peserta didik untuk
mendemonstrasikan pemahaman dan penguasaannya atas materi yang disampekan.
7)
Intant Assessment
Ini
adalah metode yang menyenangkan dan tidak menakutkan bagi siswa. Guru bisa
mengetahui dengan singkat sikap peserta didik terhadap materi dan pembelajaran
sejarah kebudayaan islam.
8)
Billboard Rangking ( Urutan nilai Luhur)
Metode
ini sangat tepat digunakan untuk mendorong refleksi dan diskusi mengenai nilai-
nilai, gagasan dan pilihan yang ada dalam sejarah kebudayaan islam. Materi-
materi yang mengajarkan aspek afektif bisa disampaikan dengan metode ini.
Meskipun demikian, metode ini tetap memperhatikan aspek- aspek kognitif.
9)
Asswssment Search ( Menilai Kelas)
Metode
ini cukup menarik untuk menilai kelas dalam waktu yang cepat dan sekaligus
melibatkan siswa sejak awal pertemuan untuk saling mengenal dan bekerja sama.
Metode ini bisa dipakai untuk kelas enam Madrasah Ibtidayah karena para peserta
didiknya sudah bisa mengembang berbagai ragam pertanyaan yang berbeda.
10)
What? So what? (Apa? Untuk Apa? Lantas Apa?
Nilai-
nilai dalm pembelajaran bisa ditingkatkan dengan cara meminta peserta didik
merefleksikan atau memikirkan ulang apa yang mereka baru pelajari dan menggali
kemungkinan penerapannya. Saat refleksi (berpikir ulang) ini sering disebut
proses pemantapan nilai atau juga permanenan hasil belajar.
11)
Seering How it is (Mengetahui bagaimana Rasanya)
Seringkali
satu topik dan kompetensi pembelajaran mendorong pemahaman, rasa simpati,dan
empati terhadap apa yang dialami oleh orang lain dlam situasi- situasi
tertentu. Salah satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan itu adalah
menciptakan pembelajaran afektif yang mendorong peserta didik mengetahui dan
mengalami situasi yang tidak atau jarang terjadi pada dirinya.
12)
Sosiodrama
Drama
atau sandiwara dilakukan oleh sekelompok orang, untuk memainkan suatu cerita
yang telah disusun naskah ceritanya dan dipelajari sebelum dimainkan. Adapun
cara pe;akunya harus memahami lebih dahulubtentang peranan masing-masing yang
akan dibawakannya.
Metode
sosiodrama adalah juga semacam drama atau sandiwara, akan tetapi tidak disiapkan naskahnya lebih
dahulu. Kesan dari drama yang dimainkannya sendiri akan besar pengaruhnya
kepada perkembangan jiwa anak didik baik yang langsung berperan sandiwara,
maupun yang menyaksikan. Oleh karena itu metode sosiodrama.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, 2009. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta
pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam. 1981. Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama/IAIN Pusat
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق